Sepadan itu seperti apa sih?
Ada yang bilang “kalo kamu mau cari pasangan hidup cari yang
sepadan ya!” Banyak yang bilang kalo
sepadan itu harus seperti ini : Sama-sama punya gelar yang sederajat baik D3,
S1 atau S2. Sama-sama berparas cantik dan ganteng. Keluarga sama-sama orang
berada. Pekerjaan sama-sama bagus. Kalo PNS harus cari yang PNS juga laaahhhh .
Kalo pegawai bank cari pegawai bank juga laaaahhh atau swasta lain yang
bergengsi juga laaaahh. Nah, ada lagi cerita kayak di sinetron zaman sekarang :
kalo cewek cantik menikah sama pria
tampan, sama-sama cerdas, mereka sama-sama anak pengusaha kaya, punya rumah
mewah, pekerjaan muanteeep, anak-anak yang cantik dan guanteng. Orang pasti
bilang “waahhhh.. sungguh pasangan yang
serasi!”. *banyak yang gigit jari*:p
Ada lagi kasus yang lagi trend sekarang di social media facebook : Seorang wanita yang paras biasa dan tubuh yang *maaf*
gendut menjadi kekasih seorang pria yang
tampan. Orang pasti bilang “WHAT??? Kagak salah tuh? Kok dia?? Apa gak
ada cewek lain yang lebih cantik di dunia ini??!!” . *netizen pada berisik* :p
Atau kayak yang lagi nge-trend dikalangan yang katanya pecinta alam : Kalo
suka mendaki gunung, cari juga yang cewe pendaki *naik
gunung melulu, kapan naik ke pelaminan? Atau temani aku mendaki bla bla bla* :p , yang hobby travelling keliling dunia cari juga cewe
yang sesama traveller. * akhirnya banyak meme yang muncul di sosmed
soal kasus alam ini* dll :p
Guys dari yang aku paparkan diatas itu memang gak salah dan
hak semua orang untuk menentukan kriteria pasangan yang menurut mereka sepadan.Ada
yang merasa sepadan karena merasa kesamaan derajat, kesamaan hobby, kesamaan
gaya hidup, dll. Hal itu udah menjadi
standart yang mereka anggap udah baik dan pas banget. Sekali lagi itu gak salah
. :)
Namun kita coba melihat dari sudut pandang Allah tentang “kesepadanan”.
2 Kor 6:14a
“Janganlah kamu
merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya….”
Sebelum mencapai kesepadanan, kita memang harus seimbang
dalam hal iman yaitu yang sama-sama percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Oleh karena itu dalam firman Nya, Tuhan melarang keras bahwa terang dan gelap tidak akan
pernah bersatu. Intinya, jangan sampai
jual Yesus karena cinta mu! Percayalah Tuhan gak akan kehabisan akal untuk
memberi pasangan yang terbaik apalagi yang seiman untuk mu. :)
Kej 2:18
“TUHAN Allah
berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Dari artikel yang pernah aku baca bahwa kesepadanan tidak identik dengan kesamaan.
Kesepadanan tidak identik dengan
penjiplakan, maksudnya salah satu pihak menanggalkan dirinya dan menjadi
seperti yang diharapkan pasangannya. Jadi kesepadanan adalah kecocokan, bukan
kesamaan. Jadi ringkasan kecocokan yang aku dapat seperti ini:
- Kita cocok dengan karakternya dan bisa menerima gaya hidupnya. Karakternya tidak mengganggu kita, menyusahkan kita, menghalangi kita tapi justru menganggap karakter itu sedikit banyak saling membantu, saling melengkapi dengan karakter kita.
- Kesepadanan berarti kita ini akan menerima pertolongan pasangan kita agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Karakter maupun gaya hidup pasangan yang berbeda dengan kita akan Tuhan pakai untuk membentuk kita menjadi orang lebih baik.
“Untuk kata “sepadan”
juga lebih diarahkan pada kepribadian orang tersebut. Mungkin jika menggunakan
logika, kita akan memilih seseorang yang lebih memiliki segalanya dari kita
(lebih pintar, lebih dewasa, lebih menarik, lebih beriman, dan beribu lebih
lainnya) namun adakah jaminan kalau kita hidup bersama dengan orang seperti itu
kita akan bahagia? Aku pikir itu bukan jaminan. Sepadan itu mungkin dia tidak
lebih pintar dari kita, tidak lebih baik dari kita dll namun bersama dengan dia
kita dapat bertumbuh dengan baik dalam kualitas iman percaya sebagai seorang
Kristen, bertumbuh juga dalam kedewasaan hidup dan pola berpikir, dan seseorang
yang dapat selalu menolong kita dan kita juga dapat menolong dia.”
Aku pernah dengar kotbah Ev.Iin Tjipto tentang “ Jodoh yang Terbaik dari Tuhan”. Kotbah
yang secara pribadi juga sangat memberkatiku, dimana mereka menemukan banyak
kesepadanan meskipun dalam waktu yang cukup lama untuk menemukan kesepadanan itu.
Mereka menggabungkan karakter dalam
segala hal. Berikut ini kesepadanan yang aku dengar di dalam pernikahan Iin
Tjipto :
- Iin tidak suka main sama anak, dia suka mengajar. Jadi untuk urusan mengajar adalah urusan Iin dan urusan bermain dengan anak urusan suami.
- Dalam hal membeli barang. Jika Iin suka tinggal bayar, tetapi suami survey dulu, teliti dulu, catat untung dan rugi nya. Jadi untuk urusan survey barang adalah urusan suami dan untuk ambil keputusan dan membayar adalah tugas Iin.
- Iin pintar dalam urusan ngeloby dan suami sangat teliti pada letak barang. Jadi pada suatu hari ada kelebihan muatan barang di bandara, dan Iin lah yang ambil bagian untuk meloby petugas bandara sehingga mereka tetap diizinkan untuk masuk.
- Iin bertugas sebagai pembicara di depan mimbar, dan suami sebagai pendoa.
- Dalam hal organisasi, suami sebagai konselor dan Iin sebagai pengajar, mendoakan, healing dll.
Dari kesepadanan yang sudah mereka alami, melalui pernikahan
itu mereka menjadi kawan sekerja, teman dan bahkan saudara dan juga sebagai
media pelipatgandaan kekuatan.
Guys pernikahan itu bukan hanya untuk kesenangan dan
kenikmatan saja tetapi ada yang lebih dari itu yaitu melipatgandakan kekuatan.
Jika satu orang dapat mengalahkan seribu, maka dua orang dapat mengalahkan sepuluh ribu.
Mereka melakukan banyak hal yang gak bisa dilakukan seorang diri . Akhirnya Iin Tjipto belajar banyak hal dari suami, dan suami juga belajar banyak hal dari Iin.
Jika satu orang dapat mengalahkan seribu, maka dua orang dapat mengalahkan sepuluh ribu.
Mereka melakukan banyak hal yang gak bisa dilakukan seorang diri . Akhirnya Iin Tjipto belajar banyak hal dari suami, dan suami juga belajar banyak hal dari Iin.
Kesaksian yang sangat memberkati sekali, bahwa kesepadanan
itu bukan berarti sepadan seperti apa yang dunia katakan harus sama-sama cantik,
ganteng, sederajat, memiliki banyak kesamaan dll tetapi sepadan seperti apa
yang kata Tuhan yaitu menjadi
pelipatgandaan kekuatan di tengah banyaknya perbedaan.
Padahal pernikahan Iin Tjipto dan suami sama sekali bukan pernikahan yang diharapkan oleh Iin . Suami Iin sama sekali bukan kriteria Iin karena dalam hal karakter mereka sangat jauh jauh berbeda. Iin menyukai pria yang romantis, namun suami Iin seorang yang cuek dan bahkan gak suka wanita yang manja seperti Iin. Suami Iin hidupnya sangat teratur dan suka olahraga namun berbeda dengan Iin. Pokoknya karakter mereka sangat jauh berbeda. Diawal pernikahan, mereka banyak mengalami pergesekan karakter dan sering kali bertengkar. Akhirnya ditahun ketujuh pernikahan, pertengkaran sudah mulai reda dan disitu mereka mulai menemukan kesepadanan satu sama lain, karena dalam masa-masa gesekan itulah mereka belajar banyak hal. Selama masa gesekan itu, Iin tetap tunduk pada Tuhan karena ia percaya bahwa Tuhan sendiri yang berbicara pada Iin dan suaminya bahwa mereka adalah pasangan yang dari Tuhan. Perbedaan karakter itu bukan menjadi alasan Tuhan gak punya rencana atas kehidupan pernikahan mereka namun melalui perbedaan karakter itu justru mereka melihat adanya kesepadanan alias kecocokan. :)
Sebagai wanita yang masih belum menikah aku belajar banyak hal bahwa menikah itu bukan untuk menjadi sama, tetapi untuk menjadi satu, saling melengkapi. Disamping itu juga memiliki visi yang sama dengan pasangan. Visi yang sama tidak berarti melayani atau memiliki panggilan dalam bidang yang sama, tetapi bersifat saling mendukung untuk mendukung suatu visi yang dapat dicapai dengan kerjasama di antara mereka. Dengan begitu kita dapat memenuhi panggilan Allah atas sebuah pernikahan.
Padahal pernikahan Iin Tjipto dan suami sama sekali bukan pernikahan yang diharapkan oleh Iin . Suami Iin sama sekali bukan kriteria Iin karena dalam hal karakter mereka sangat jauh jauh berbeda. Iin menyukai pria yang romantis, namun suami Iin seorang yang cuek dan bahkan gak suka wanita yang manja seperti Iin. Suami Iin hidupnya sangat teratur dan suka olahraga namun berbeda dengan Iin. Pokoknya karakter mereka sangat jauh berbeda. Diawal pernikahan, mereka banyak mengalami pergesekan karakter dan sering kali bertengkar. Akhirnya ditahun ketujuh pernikahan, pertengkaran sudah mulai reda dan disitu mereka mulai menemukan kesepadanan satu sama lain, karena dalam masa-masa gesekan itulah mereka belajar banyak hal. Selama masa gesekan itu, Iin tetap tunduk pada Tuhan karena ia percaya bahwa Tuhan sendiri yang berbicara pada Iin dan suaminya bahwa mereka adalah pasangan yang dari Tuhan. Perbedaan karakter itu bukan menjadi alasan Tuhan gak punya rencana atas kehidupan pernikahan mereka namun melalui perbedaan karakter itu justru mereka melihat adanya kesepadanan alias kecocokan. :)
Sebagai wanita yang masih belum menikah aku belajar banyak hal bahwa menikah itu bukan untuk menjadi sama, tetapi untuk menjadi satu, saling melengkapi. Disamping itu juga memiliki visi yang sama dengan pasangan. Visi yang sama tidak berarti melayani atau memiliki panggilan dalam bidang yang sama, tetapi bersifat saling mendukung untuk mendukung suatu visi yang dapat dicapai dengan kerjasama di antara mereka. Dengan begitu kita dapat memenuhi panggilan Allah atas sebuah pernikahan.
Pasangan yang seiman dan sepadan merupakan rancangan Tuhan yang sangat
indah, saling mendoakan, mendukung, memberi kekuatan, menopang dan menghibur saat
menghadapi banyaknya masalah kehidupan.
Semoga banyak jiwa-jiwa yang terpanggil menikah dalam hal sepadan didalam Tuhan😇
BalasHapus