Kamis, 19 Januari 2017

Bukan Untuk Membuat Orang Lain Terkesan ( Orang Farisi dan Pemungut Cukai)

Kali ini yang jadi bahan perenungan ku adalah saat kita mulai berusaha membuat orang lain terkesan dengan segala ucapan dan perbuatan kita.

Kali ini aku belajar sebuah perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut Cukai.

"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak."
(Lukas 18:11-14)


Dalam cerita ini Yesus menjelaskan bahwa barang siapa yang meninggikan diri ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Orang Farisi tersebut yang melakukan hukum Taurat agar dilihat orang tidak akan dibenarkan oleh Tuhan, tetapi orang berdosa yang merendahkan dirinya dan mengakui dosanya akan diampuni.

Guys, saat kita berusaha untuk membuat orang lain terkesan adalah salah satu contoh sifat meninggikan diri atau kesombongan. Orang Farisi itu berusaha membuat orang lain terkesan melalui  perbuatan baiknya seperti melakukan hukum Taurat, rajin berpuasa, memberikan perpuluhan, dan bahkan berdoa dan berdiri di rumah ibadat dan pada tikungan jalan raya supaya mereka di lihat orang (Matius 6:5), dalam hal bersedekah dirumah ibadat dan lorong-lorong supaya mereka di puji orang (Matius 6:2) . 

Namun jauh berbeda dengan si pemungut cukai, dia bahkan tidak berani untuk menengadah ke langit seperti yang dilakukan oleh orang Farisi itu. Dia sambil memukul dada nya dan memohon ampun kepada Tuhan akan dosa nya, sedangkan orang Farisi itu dengan angkuhnya menghadap Tuhan dengan segala perbuatan baik nya (padahal dia tidak menyadari bahwa dia juga adalah orang yang berdosa di mata Tuhan).

Karena kita adalah orang yang berdosa, maka sifat sombongan pasti akan selalu timbul dalam hati dan pikiran kita. Kita ingin diakui , di puji dan di apresiasi oleh semua orang. Dan yang paling buruknya adalah kita mencoba segala cara untuk membuat orang lain terkesan. Kita berpura-pura rohani agar orang lain melihat betapa kita mengasihi Tuhan (padahal kita sangat jauh dari Tuhan dan ikut pelayanan biar dikira rohani). Kita punya banyak utang sana-sini untuk membuat orang terkesan bahwa kita bisa membeli segala sesuatu (kita berusaha untuk mengikuti gaya hidup orang lain yang sebenarnya kita gak mampu). Kita pamer harta kita agar orang lain melihat bahwa kita adalah orang yang kaya (padahal tanpa harus diberitahu, orang sudah tahu bahwa kita memang kaya). Kita berbohong tentang pribadi kita agar orang lain terkesan dan tertarik dengan diri kita (padahal kita punya banyak segudang keburukan yang disembunyikan). Banyak cara untuk memamerkan dan membuat orang lain terkesan dengan diri kita.

Tapi melalui perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai, Tuhan ajarkan bahwa kita tidak perlu berusaha untuk membuat orang lain terkesan. Pribadi yang perlu kita buat terkesan adalah hanya Tuhan Yesus sendiri melalui gaya hidup kita yang menyenangkan hati Tuhan yaitu melalui pujian, penyembahan dan paling penting adalah melalui buah Roh yang terpancar lewat kehidupan kita. Tuhan mau kita menjadi diri kita sendiri, karena bagaimanapun diri kita, adalah sangat berharga dimata Nya. Tidak perlu kelihatan sempurna dimata manusia, karena kita sendiri sudah sangat sempurna dimata Tuhan. Hati yang perlu kita senangkan adalah hati nya Tuhan, bukan manusia. Sipemungut cukai yang hina, namun dia mendapat pembenaran dari Allah.


Karena mendapat pembenaran dan pujian dari Tuhan jauh lebih berharga daripada pujian manusia.

Tuhan Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perlukah Kita Mendesak Waktunya Tuhan???

Kemarin aku dengar curhat nya mama. Mama bilang kalau abang ku yang bisa dikatakan sudah sedikit berumur (31) bilang ke mama bahwa dia suda...